Senin, 07 November 2011

Budidaya Jangkrik

Oleh: M. Abdullah

Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa Internasional, membuat banyak orang berusaha sebisa mungkin untuk menguasainya. Momen itu memunculkan ide baru bagi mereka yang mempunyai jiwa dagang, dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan kursus bahasa Inggris. Mulai dari kursus-kursus non formil di rumah-rumah, sampai dengan institusi resmi di gedung-gedung bergengsi dengan menggunakan nama institut atau universitas.

Tak ayal, hal itu melahirkan pemain-pemain yang kian “kasar” guna mendapatkan profit setinggi-tingginya dari para konsumen yang haus akan bahasa Inggris. Di tangan mereka, bahasa Inggris menjadi barang dagangan yang sangat variatif. Dia bisa dibentuk dan diukir ibarat kayu Mahoni. Dia juga bisa dibingkai dan diberi hiasan warna-warni ibarat sebuah rumah yang mau dijual. Bisa juga diibaratkan kue ulang tahun yang ditempeli lilin-lilin kecil, yang mencoba memikat setiap orang yang melihatnya.

Ringkasnya, berbagai cara dilakukan supaya barang dagangan mereka laris manis, terjual habis. Karena terbukti para konsumen yang haus akan bahasa hiburan itu, tidak ragu-ragu dan tidak malu-malu merogoh kocek dalam-dalam setelah melihat dagangan yang menggiurkan tsb. Para konsumen bisa dengan mudah membelanjakan hartanya, karena bahasa Inggris dikemas dalam buku yang sampulnya begitu menyilaukan mata. Bisa juga mereka terpana dengan gedung yang megah yang di dalamnya ada institusi yang mengajarkan bahasa Inggris, sehingga berapapun ongkos belajar, mampu mereka bayar. Ada juga yang terhipnotis oleh iming-iming tenaga marketing dan penampilan para kru lembaga tsb yang nampak memikat, sehingga baru menatap wajah mereka saja, seolah-olah sudah berada di Travalgar Square, London. Lallu tanpa ragu merekapun mendaftar menjadi peserta kursus.

Tapi setelah beberapa kali pertemuan, para konsumen itu tidak kunjung datang lagi untuk belajar, karena beberapa faktor, bisa jadi bosan, jenuh, malas, sibuk, kecewa, dll, karena mereka baru sadar, bahwa mereka bukan berada di Travalgar Square, melainkan di Kampung Rambutan.

Faktor-faktor internal (bosan, jenuh, malas, sibuk, kecewa dengan kwalitas lembaga kursus) para peserta kursus itulah yang lantas memunculkan ide cemerlang bagi para “pedagang” bahasa Inggris. Para saudagar itu lantas menempel embel-embel pada jualan mereka berupa :

- Garansi / Jaminan Belajar bahasa Inggris SAMPAI BISA atau SAMPAI LANCAR
- Waktu belajar fleksible, kapan saja belajar bisa
- Tempat belajar juga tidak harus dikelas, bisa di mana saja
- Gratis pengulangan tanpa dipungut biaya
- Tanpa harus menghafal grammar
- Tanpa harus menghafal vocabulary (kosa kata)
- Satu siswa diajar satu guru
- Suasana belajar yang menyenangkan (Fun)

Mengapa mereka berani memberikan slogan-slogan kursus bahasa Inggris seperti itu pada iklan mereka? Karena berdasarkan pengalaman, mereka yakin, hanya sedikit peserta kursus yang mau belajar sampai selesai. Rata-rata setelah SEPULUH kali pertemuan mereka tidak akan pernah datang lagi. Karena mereka yakin, para peserta itu hanya pada AWAL-AWALnya saja rajin datang.

Dari seratus peserta kursus bahasa Inggris, mungkin hanya sepuluh saja yang rajin datang sampai selesai. Sisanya tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Karena semangat hangat-hangat tai ayam itulah, para pengelola kursus berusaha menyedot duit para peserta kursus dengan membayar di muka. Sebab kalau membayar setengah atau seperempat dulu, pasti mereka tidak akan datang untuk membayar lagi, karena beberapa faktor di atas.

Tapi untuk membayar lunas di muka bukanlah perkara enteng. Harus ada trik-trik khusus dan jurus-jurus ampuh supaya calon siswa mau membuka dan menumpahkan isi dompet mereka. Di antaranya adalah dengan merekrut tenaga marketing yang secara berkesinambungan diberi latihan-latihan menarik hati calon konsumen. Ditambah dengan REWARD berupa komisi dan bonus-bonus yang menyilaukan mata, seperti HP terbaru, sepeda motor terbaru, atau mungkin mobil terbaru, atau satu unit rumah bergaya mediterania, bila penjualan bisa menembus grafik yang ditargetkan.

Bila tidak mencapai target? Di sini PUNISHMENT berlaku. Mereka akan diberi tindakan berupa Surat Peringatan sampai dengan pemecatan. Akibatnya para marketing itu lantas berusaha sebisa mungkin menggaet konsumen dengan berbagai cara dan ragam. Berbagai janji dan iming-iming mereka utarakan. Apa pun yang diminta calon “pembeli” akan diiyakan dan akan dikabulkan, kelak, bila sudah membayar lunas program yang dibeli. Ditambah lagi calon klien ditakut-takuti bahwa waktu pendaftaran dibatasi, peserta kursus bahasa Inggris juga dibatasi.

Banyak yang termakan bualan para marketing kursus bahasa Inggris tsb, dan banyak juga yang hanya menyerahkan tanda jadi atau down payment. Efeknya bagi para konsumen yang terlanjur mendaftar dan membayar adalah kekecewaan karena setelah menyerahkan uang mereka berjuta-juta, yang mereka dapatkan jauh berbeda dari yang dijanjikan. Tidak heran kalau di beberapa milis, forum, bahkan facebook, blog, muncul tulisan-tulisan para siswa, yang curhat dengan kwalitas lembaga pendidikan semacam itu. Dan janji-janji seperti yang mereka iklankan pun jauh dari kenyataan. Mengapa?

Pertama, Jaminan belajar sampai lancar dan gratis pengulangan sampai bisa. Bait pertama bunyi iklan ini pun bertentangan sekali dengan kenyataan. Sebab setiap siswa yang belajar bahasa Inggris dijatah waktu belajarnya. Ada yang 4000 menit, 6000 menit sampai 10,000 menit. Bila menit sudah lewat, bagaimana pun belajar harus diusahakan selesai, sudah lancar atau masih gagap berbahasa Inggris.

Kedua, Waktu belajar kursus bahasa Inggrisnya fleksibel. Bisa belajar kapan saja. Jelas sekali mengada-ada, sebab jam buka kursusnya seperti jam buka kantor biasa. Sedangkan hari libur dan minggu tutup. Bagaimana dengan mereka yang ingin belajar di luar jam-jam tsb? Belum lagi jumlah pengajar yang tidak seimbang dengan jumlah muridnya, yang menyebabkan banyak siswa yang tidak bisa belajar karena tidak kebagian guru, karena seperti disebut di atas, satu siswa diajar oleh satu guru.

Ketiga, belajarnya bisa di mana saja. Ternyata ini bisa dilakukan dengan cara si peserta kursus menelpon ke lembaga kursus tersebut, bisa dari rumah, kantor, atau di pohon kelapa, dan tentu saja pulsanya ditanggung si peserta kursus. Dus, tambah lagi biaya setelah menggelontorkan dana berjuta-juta banyaknya.

Keempat, gratis pengulangan. Tentu saja gratis, sebab rata-rata hanya 10 dari 100 siswa kursus bahasa Inggris yang datang lagi. Itu pun mereka yang dipaksa orangtuanya belajar, dipaksa istri / suami datang, atau yang takut rugi karena sudah terlanjur membayar lunas. Atau mereka yang putus asa, karena setiap kali hendak belajar, tidak pernah kebagian pengajar / guru. Jadi tidak heran, dari 400 siswa, bisa ditangani oleh 10 tenaga pengajar saja secara privat.

Kelima dan keenam, tanpa harus menghafal grammar dan vocabulary. Ini nonsense besar. Sebab kalau ada peserta kursus bahasa Inggris yang nggak ngerti-ngerti, tetap disuruh oleh mentornya untuk menghafalkan kosa kata-kosa kata dan hukum-hukum grammarnya. Jangankan orang kita, orang Amrik dan Inggris sekalipun tetap harus MENGHAFAL kosa-kata – kosa-kata bahasa mereka sendiri. Sungguh iklan yang MENYESATKAN!

Ketujuh, KWALITAS para instruktur / pengajar lembaga kursus bahasa Inggris semacam itu sama dengan guru-guru bimbel (bimbingan belajar) di lingkungan Anda. Mereka hanya menang dalam penampilan mereka yang dibuat sedemikian rupa supaya terkesan intelek. Padahal dalam hal grammar saja, banyak yang nilainya jeblok ketika diadakan tes. Walaupun para pengajarnya tidak lulus TOEFL, marketingnya berani menjanjikan calon siswa yang hendak belajar TOEFL. Walaupun lidah para instrukturnya masih terasa kaku bercakap-cakap dalam bahasa Inggris yang paling dasar sekalipun, marketingnya berani menarik siswa yang sudah sangat senior dalam berbahasa Inggris (karena sehari-hari si siswa tsb bergaulnya dengan orang Eropa dan Amerika). Walaupun setiap siswa diberi buku panduan yang tebalnya seperti kaki gajah bengkak (sudah kaki gajah, bengkak lagi), mereka tetap menerima murid yang usianya baru 3 tahun, yang tentu saja, belum mengerti membaca, apalagi menulis. Dan walaupun-walaupun yang lainnya yang tidak cukup saya tuliskan di sini.

Melihhat kenyataan seperti itu, tentu saja belajar bahasa Inggris model begini jauh dari EASY and FUN, Mudah dan Menyenangkan, tapi malah buang-buang duit pemborosan.

Apakah kursus bahasa Inggris dengan model iklan dan mengamalkan modus operandi seperti itu harus dieliminasi, dan tidak layak kita ikuti? Tidak juga. Formula-formula yang dilantunkan pada iklan mereka bisa saja kita laksanakan. Hanya saja tidak perlu biaya berjuta-juta.

Sebetulnya hanya dengan SEPULUH kali pertemuan (secara privat / one on one) saja, peserta kursus bahasa Inggris sudah bisa memahami materi-materi dasar bahasa Inggris. Kalau biaya satu kali pertemuan Rp.50,000, berarti cukup dengan Rp.500,000,- para siswa bisa belajar dengan metode seperti itu. Mengenai gratis pengulangan, tanpa harus menghafal grammar dan kosakata, itu BISA DIATUR DENGAN JANJI TERLEBIH DAHULU, KARENA SIFATNYA HANYA KONSULTASI DAN NGOBROL-NGOBROL (conversation) BIASA. Para siswa pun tidak akan komplen macam-macam, karena mereka tahu, apa yang mereka dapatkan ternyata SAMA DENGAN, atau bahkan LEBIH BAGUS daripada lembaga kursus yang berada si gedung-gedung pencakar langit itu. Penulis sudah membuktikannya dan berhasil. Jadi kalau Anda merasa mampu mengajar bahasa Inggris, Anda pun bisa membuat iklan yang lebih bombastis daripada yang di atas.
Ingat! English is EASY TO SPEAK AND CHEAP! Bahasa Inggris itu MUDAH dan MURAH!
Ngomong-ngomong, dari mana penulis tahu mengenai lika-liku lembaga kursus bahasa Inggris yang punya bait-bait iklan, marketing dan instruktur yang heboh itu? Bukan hanya tahu, tapi malah pernah memberi training dan mengasuh para pengajar lembaga semacam itu, bagaimana memahami materi bahasa Inggris dan cara mengajarnya, sebelum akhirnya hengkang, setelah lebih dari dua tahun bekerja di dalamnya.

Selamat Mencoba!